MASA PEMERINTAHAN GUBERNUR
JENDERAL HERMAN W. DAENDELS (1808-1811)
Sejak Belanda jatuh ke tangan
Prancis pada tahun 1795, Belanda diubah namanya menjadi Republik Bataaf dan
diperintah oleh Louis Napoleon, adik kaisar Napoleon
Bonaparte.
Pada tanggal 15 januari 1808
Daendels menerima kekuasaan dari Gubernur Jenderal
weise. Kedatangan Gubernur Jenderal Deandels ke Indonesia mempunyai tugas
utama mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Disamping
itu, juga memperbaiki keadaan tanah jajahan Indonesia. Untuk mempertahankan
Pulau-pulau Jawa dari serangan Inggris, Daendels mengambil langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Memperkuat pasukan yang
anggotanya terdiri atas orang-orang Indonesia;
2. Mendirikan pabrik senjata di
semarang dan surabaya;
3. Membangun pangkalan Angkatan Laut
di Merak dan Ujung Kulon;
4. Mendirikan benteng-benteng
pertahanan;
5. Membuat jalan raya dari Anyer
(jawa barat) sampai Panarukan (jawa timur) sepanjang kurang lebih 1.100 km.
Usaha yang
dilakukan Daendels untuk mempertahankan Pulau Jawa membutuhkan biaya yang
sangat besar. Padahal, Daendels tidak mendapat bantuan dari pemerintah Belanda.
Oleh karena itu, Daendels menempuh jalan sebagai berikut.
a. Menjual tanah-tanah luas kepada
partikelir atau Swasta Belanda dan Tionghoa,
b. Memberlakukan aturan kepada
rakyat untuk menyerahkan sebagian dari hasil bumi sebagai pajak (contingenten),
c. Mempertahankan aturan penjualan
paksa hasil bumi kepada pemerintah dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah
(verplichte leverentie),
d. Melaksanakan wajib kerja
(verplichte diensten),
e. Memperluas tanaman kopi.
Selain
usaha di bidang pertahanan militer, daendels juga berusaha memperbaiki sistem
pemerintahan antara lain :
1. Memperbaiki gaji pegawai dan
memberantas korupsi serta memberi hukuman berat bagi pegawai yang membuat
curang,
2. Membagi pulau jawa sebagai
sembilan karesiden;
3. Menjadikan para bupati seluruh
jawa sebagai pegawai pemerintahan Belanda;
4. Mendirikan badan-badan pengadilan
yang bertugas mengadili orang-orang Indonesia sesuai adat istiadatnya;
5. Menjadikan Batavia sebagai pusat
pemerintahan;
6. Menyederhakan prosesi
upacara-upacara adat di kraton.
Daendels merupakan penguasa yang
disiplin, tegas dan kejam, sehingga dikenal sebagai gubernur jendral yang
bertangan besi. Ia juga dijuluki Tuan Besar Guntur atau Jenderal Mas galak.
Kebijakan-kebijakan Daendels di
Indonesia membuat rakyat menderita. Selain harta kekayaan dikeruk, rakyat juga
diperas tenaganya dengan cara kejam. Pembuatan jalan raya Anyer-Panarukan
dengan sistem wajib kerja mengakibatkan ribuan rakyat meninggal dunia. Demikian
juga ketika membangung pangkalan Angkatan Laut di Merak dan Ujung Kulon, banyak
rakyat menjadi korban.
Tindakan daendels yang
sewenang-wenang menimbulkan kebencian rakyat. Selain penjualan tanah pemerintah
di daerah bogor dan Probolinggo kepada penguasa swasta merupakan kesalahan
besar. Pada tahun 1811, Daendles dipanggil pulang ke Negeri Belanda.
Selanjutnya , Louis Napoleon mengangkat Janssen sebagai Gubernur Jenderal yang
baru.
Janssen ternyata berbeda dengan
Daendles, ia lemah dan kurang cakap. Pemerintah Janssen mewarisi situasi
keamanan dan ekonomi yang sangat buruk dan dibayang-bayangi ancaman Inggris
sewaktu-waktu. Pada bulan angustus tahun 1811 inggris mendarat di batavia
dipimpin Lord minto. Belanda melakukan perlawanan terhadap inggris, tetapi
tidak berhasil. Akibatnya serangan Inggris tersebut Belanda menyerah dan
akhirnya menandatangi Kapitulasi Tuntang
11 September 1811.
Isi
perjanjian Tuntang adalah :
1. Seluruh kekuatan militer Belanda
yang ada dikawasan Asia Tengggara harus diserahkan kepada Inggris,
2. Hutang pemerintah belanda tidak
diakui oleh Inggris;
3. Pulau jawa, Madura, dan semua
pangkalan Belanda di luar jawa menjadi kekuasaan Inggris.
Isi
pokok peranjian Tuntang tersebut membawa pengaruh langsung bagi bangasa Indonesia
yaitu wilayah Nusantara diserahkan kepada EIC yang bermarkas di calcuta India.
Akibatnya Kapitulasi tuntang tersebut indonesia jatuh ketangan Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar